Sebuah Cerpen, Oleh : Alif Babuju
Terlalu banyak pengorbananmu untukku. Keikhlasanmu menerimaku
seadanya telah membutakan mata hatimu untuk menilai diriku yang sesungguhnya.
Kau lihat dan tahu sendiri kan? Bahwa hampir
setiap hari kuhabiskan waktu untuk merangkai imajinasi dan merangkak dalam
karir yang bagi kebanyakan orang dianggap tidak waras. Tak ada mentari yang
menghangatkan asamu atau bulan yang kan menyinari kelammu dari keadaanku saat
ini untuk masa yang akan datang. Bersamaku kau hanya akan menjadi buah bibir
teman-temanmu yang pandai memilih pasangan hidup yang tidak sepertiku. Aku tak
bisa menghadirkan indah dalam hidupmu. Aku tak punya harta yang berlimpah untuk
membuatmu tersenyum dikala suka maupun duka. Kaupun merasakannya kini. Aku menjadi
pribadi yang tertutup. Malu dan minder saat kau mengajakku menghadiri acara
mewah teman-temanmu karena keadaanku yang semakin terpuruk. Aku tak memiliki
jiwa ksatria selayaknya lelaki-lelaki unggul. Keterbatasan hidup ditengan
himpitan keadaan yang memilukan telah menciptakan diriku menjadi lesuh dan tak
berdaya ditengan kerumunan sosial yang masing-masing berkelengkapan. Aku tak
pernah membalas waktumu yang selalu ada untukku. “Aku tak peduli mesti dunia
mengutuk. Aku hanya ingin bersamamu dalam hidupku.” Katamu. Tapi, kau tidak
mengerti dengan apa yang engkau ucapkan sayang…Hidup tak hanya butuh cinta.
Kebutuhan hidup lebih dari itu dan bahkan tak mengenal tapal batas.
Benar kata orangtuamu saat menasehati kita ketika engkau mengajak
aku pertama kali kerumahmu. Aku masih ingat dengan jelas nasehat itu. Nasehat
itu pula yang menyinari setiap langkahku untuk hati-hati dalam menentukan
pilihan. Nasehat yang sarat akan nilai dan petuah kehidupan. Nasehat yang mencerahkan
masa depan di dunia hingga usai masa berhenti berkitar. “Nak, kerja dimana ?
Asalmu dari mana ? siapa nama orangtuamu?” Demikianlah beberapa pertanyaan
Ibundamu saat itu yang kemudian dilanjutkan dengan nasehat untuk kita. Kau
masih ingat kan nasehat itu sayang? Satu hal yang kusimpan rapi dalam ingatan
dan rasaku dari untaian nasehat itu sayang. Bahwa orangtuamu pernah menyindir
kita dengan menceritakan tentang kondisi aqidah dan cara keber-agama-an anak
tetanggamu. Aku yang hadir dengan penampilan kusut dan berambut gondrong kala
itu, menjadi malu. Akupun tahu diri agar engkaupun menyadarinya sayang….bahwa
untuk menjadi imam yang baik bagimu berdasarkan wasiat kanjeng rasul akupun
tidak mungkin. Lalu apa yang membuatmu tetap bertahan memintal hubungan
denganku ?
Berhentilah
bersikap bodoh dengan caramu yang terlalu berlebihan menaruh rasa dan perhatian
padaku. Tepislah cercaan dan hinaan semua orang karena engkau memilih aku yang
tak jelas menjadi kekasihmu. Dan yang paling penting ciptakan senyuman kegirangan
orangtuamu dengan mencarikan calon menantu terbaik seperti yang mereka inginkan.
Tak ada yang istimewa dalam diriku untukmu. Bersamaku adalah bencana yang akan
menimpamu kini, nanti dan dikehidupan selanjutnya.
Ikhlasmu yang
terpancar dalam kemuliaan dan kebaikan sikapmu padaku tak bisa kusangkal. Kau
tak ada duanya sebagai wanita dan kekasih terbaik yang pernah kumiliki dalam
hidup ini. Akupun tak rela melepasmu dan tak sudi harus berpindah kelain hati.
Namun, harus aku sadari bahwa aku bukanlah lelaki terbaik bagi wanita baik
sepertimu. Aku harus bijak dan ikhlas melepaskamu. Karena kutahu, bersamaku
kata “bahagia” itu tak akan kau temukan.
Jangan bilang aku
tidak mencintaimu. Itu tidak benar, Justru aku mencintaimu lebih dari segala
yang kupunya. Aku bisa saja melupakan diriku sendiri. Tapi, melupakanmu tidak
akan. Sudalah…jangan menyikasa dirimu dengan memikirkan aku. Menurutku bukan
itu yang penting. Yang terpenting saat ini adalah berfikirlah untuk membalas
jasa orangtuanmu. Merekalah yang lebih layak bahagia karena telah melahirkanmu.
Bukan aku. Dan satu hal yang harus kamu tahu sayang…Selalulah menjadi pemenang.
Bungkam cercaan dan hinaan semua orang dan teman-temanmu yang selama ini
menilaimu tidak mampu mendapatkan lelaki baik seperti mereka. Aku rasa
engkaupun tahu sayang…bahwa sumber dari hinaan itu karena kau memilih aku. Sudah
saatnya kau harus mendapatkan yang lebih baik dari aku. Lelaki tangguh yang
bisa menjadi imam yang baik untukmu. Ksatria hebat yang akan bersamamu
menakhodai bahtera kelak. Imam yang kan mencerahkan hidupmu kini, nanti hingga
usai kematianmu. Aku akan membantumu menggapai itu semua.
Maafkan aku yang
tahu diri jika menyakitimu. Kepergianku tanpa
sepengetahuanmu kala itu memang kesengajaanku. Aku hanya tak tega jika aku harus
menjadi alasan bagi orang lain menyakitimu.
Kau wanita baik. Tak usalah memikirkan aku atas apa yang mereka lakukan. Aku sudah
terbiasa dengan hal itu. Itulah keyantaan hidupku sesungguhnya. Mereka berkata
sesuai dengan keadaanku. Tak ada yang salah. Akupun tak merasa sakit sayang….
Kau lebih dari
sekedar kekasihku. Kau adalah guru terbaikku. Kaulah yang menuntunku mengenal sajadah
dan percikan air wuduh. Kau jua yang membangkitkan energi rasaku untuk mencintai Tuhan dengan amat sangat. Kau
yang selau mengajarkan aku beristigfar dan bersyukur. Jasamu tak terhingga padaku wahai wanita
agung. Sudah saatnya aku berbalas budi padamu. Kau layak menjadi ratu bagi
lelaki Mukmin. Bukan aku yang masih merangkak dan mengeja dalam persoalan
agama.
Kepergianku
meninggalkanmu tanpa kabar adalah pilihan sadar agar kau mudah melupakanku. Aku
sangat bahagia ketika mendengar kabar kau telah menjalin cinta dengan dia. Aku terharu dan meneteskan air mata bahagia
ketika mendengar orangtuamu juga bangga dengan pilihanmu. Sujud syukurku pada
Tuhan atas anugerah ini. Aku bahagia sayang….sungguh aku bahagia.
Orang yang kini
menjadi kekasihmu adalah sahabatku. Aku tahu betul dia seperti apa dan orangnya
bagaimana. Dia lelaki baik, beriman dan saleh. Hari-harinnya Ia habiskan hanya
dimasjid. Semua yang Ia lakukan dalam hidupnya selalu karena Allah. Dia sangat
cocok untukmu. Kalian sama-sama memiliki apa yang tidak aku miliki.
Semoga dia telah
menceritakannya padamu sayang...bahwa akulah yang memberikan nomor Hand Phonemu
padanya. Akulah yang bercerita banyak tentangmu padanya. Dia adalah sahabat
yang memungut aku saat aku hampir putus asa dan terlantar dirantauan ketika meninggalkanmu,
tanpa sepengetahuanmu kala itu. Kebetulan Ia sedang mencari pasangan yang
saleha dan akupun menceritakanmu padanya. Aku juga yang menunjukkan photomu
padanya. Aku mampu meyakinkan dirinya dengan ceritaku tentangmu hingga akhirnya
Ia pulang untuk menemuimu. Dia tahu bangat tentang kisah kita karena aku juga
menceritakannya. Satu hal yang aku mohon padanya kala itu sayang. Yakni, “jangan
sampai Ia tahu bahwa aku sedang kerja disini dan akulah yang memperkenalkan dia
padamu.” Itu janji kami sayang…Tapi,
jujur…Aku bahagia kini dan semoga engkau bahagia bersamanya. Tuhan memang adil
kan sayang ? Bahwa janjinya akan mempertemukan wanita baik dengan lelaki baik
benar-benar terwujud. Akulah yang
memintanya untuk menjadikanmu pilihan tepat.
__KAMAR KOST,21 November 2014