Senin, 28 Juli 2014

APLIKASI WAWASAN SOSIAL ISLAM

Oleh : Ahmad Sahide
Pelatihan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO) selalu dijadikan sebagai wadah para kader-kader HMI, yang mendapatkan gelar ‘guru’, sebagai ajang untuk berwacana. Mengeksplor seluruh bacaan-bacaannya kepada para kader atau mahasiswa baru. Berbahasa di depan para peserta pelatihan dengan bahasa buku yang sangat tinggi, sulit untuk dijangkau oleh peserta pelatihan. Tapi mungkin di sanalah letaknya kepuasan batin tersebut. Sekalipun peserta pelatihan bingung dibuatnya. Ini sering terjadi di dalam pelatihan-pelatihan HMI. Bila mentalitas kita seperti itu, masih pantaskah kita disebut sebagai pengader atau pemateri di HMI?
Dalam materi “Aplikasi Wawasan Sosial Islam” ini, penulis mencoba menteorikan pengalaman memandu dan mengisi materi Wawasan Sosial Islam pada pelatihan-pelatihan (LK I) di HMI. Tentu saja berangkat dengan membaca “Khitah Perjuangan” sebagai pedomannya, terutama materi yang terkait dengan wawasan sosial Islam. Dari pengalaman itulah penulis menyadari bahwa pelatihan (LK I) dijadikan sebagai ajang mengeksplorasi wacana merupakan hal yang wajar, tetapi perlu diingat bahwa berwacana bukanlah tujuan kita dalam menyampaikan materi. Tujuan kita menyampaikan materi adalah penataan cara berpikir (order of mind), mengubah mindset para peserta pelatihan di dalam melihat fenomena sosial. Berwacana bisa sebagai salah satu cara mencapai target tersebut. Tapi berwacana bukanlah tujuan itu sendiri. Bila berwacana dijadikan sebagai tujuan, maka itu adalah dosa peradaban, setidaknya di HMI (hahahaha...).
Berangkat dengan target untuk menata cara berpikir, merubah mindset, maka penulis selalu mengajak para peserta pelatihan untuk melihat dan mengkritisi fenomena sekeliling dengan kaca mata Islam. Membaca persepsi ummat terhadap agamanya (Islam) melalui media, seperti surat kabar, radion, dan televisi. Baik itu yang terkait dengan budaya, pendidikan, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebab materi wawasan sosial ini mempunyai cakupan yang sangat luas. Banyak hal yang bisa dibicarakan, kemiskinan, korupsi, globalisasi, kapitalisme, komunisme, dan setersunya. Salah satu contohnya adalah membaca animo masyarakat Indonesia dengan acara “Da’i Cilik” yang pernah menyita perhatian kaum ibu-ibu. Di mana para ibu-ibu bangga melihat anaknya tampil di layar televisi, tetapi sebenarnya persepsi publik (masyarakat Islam), dengan simbil keagamaan, di sana sudah dieksploitasi oleh pasar atau kapitalisme global.
Dari materi-materi sebelumnya (Keyakinan Muslim dan Wawasan Ilmu Islam) peserta sudah mendapatkan gambaran Islam yang ideal (seharusnya). Maka dalam materi wawasan sosial ini peserta diajak untuk melihat Islam yang seharusnya ada dan Islam yang ada (terjadi di lapangan). Ajaklah peserta untuk melihat dengan kritis kontradiksi nilai antara Islam yang ideal dan Islam yang terjadi di lapangan.

Di manakah posisi Islam?
Dari wacana-wacana tersebut, penulis selalu mengajak para peserta untuk melihat di mana posisi Islam dalam konteks global. Mengajak peserta untuk menyadari dan melihat Islam yang disandingkan dengan dunia lain (Barat), yang maju, yang modern, dan yang mendominasi (baik itu budaya dan ekonomi). Melihat di mana peran Islam dalam konteks globalisasi di era tekhnologi yang canggih ini. Fakta-fakta seperti ini penting untuk diletakkan di hadapan mereka untuk membangkitkan semangat kritis. Membangunkan mereka dari budaya kemalasan.
Sebagai penutup, sampaikanlah materi dengan bahasa ringan, santai tapi berbobot. Efektif dalam merubah mindset, menata cara berpikir. Kita harus memahami bahwa peserta mengikuti materi dari jam delapan pagi sampai tengah malam. Di sana ada kelelahan, rasa ngantuk tentunya. Selain dari itu, umumnya mereka masih merasa asing dengan wacana-wacana yang kita geluti. Belum terbiasa dengan bahasa yang tinggi. Maka transformasikanlah wacana anda, bacaan anda dengan bahasa anda sendiri yang mudah dipahami oleh peserta. Saya kira cukup!
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO)
Cabang Yogyakarta
Penulis Buku “Kebebasan Dan Moralitas”
Pegiat “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 26 Januari 2011
Buku bacaan yang dianjurkan:
1. Oksidentalisme, Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat. Karya Hassan Hanafi yang diterbitkan oleh Paramadina, Jakarta.
2. Dari Akidah Ke Revolusi. Hassan Hanafi yang diterbitkan oleh Paramadina, Jakarta.
3. Islam: Agama, Sejarah, dan Peradaan. Karya Seyyed Hossein Nasr yang diterbitkan oleh Risalah Gusti, Surabaya.
4. Islam Masa Kini. Karya Asghar Ali Engineer yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
5. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. Karya Francis Fukuyama yang diterbitkan oleh Qalam, Yogyakarta.
6. Orientalisme. Karya Edward W. Said yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka, Bandung.
7. History of The Arabs. Karya Philip K. Hitti yang diterbitkan oleh Serambi, Jakarta.
8. Membangun Masa Depan Islam. Karya Dr. Ali Syari’ati yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung.
9. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. Karya Albert Hourani yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung.
10. Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia. Karya Samuel P. Huntington yang diterbitkan oleh Qalam, Yogyakarta.
11. Islam Rasional. Karya Harun Nasution yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung.
12. Perbanyaklah membaca buku-buku yang terkait. Baik itu budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain. Semakin banyak membaca buku-buku sosial maka akan semakin memperkaya bahan untuk disampaikan dalam merubah mindset atau menata cara berpikir. Juga baca dan ikutilah perkembangan informasi dari waktu-ke waktu yang terjadi dalam dunia Islam. Hal tersebut akan membuat materi yang kita sampaikan akan menarik dan tetap aktual.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran konstruktif Pembaca sangat Kami harapkan