Ada kisah...
Tentang gemericik air yang enggan menyapa
Dan hijau alamku yang kian kusam
Sebab terik murka
Kala belia....
Aku adalah ksatria biru
Yang bisa menjelma menjadi belalang, capung dan kupu-kupu
Bermetamorfosis bersama katak..
Jernih...
Hijau....
Sejuk...
Menyatu dalam ceria..
Tapi, itu Usia belia
Yang kini mengisi ratapku
(Alif Babuju/Di Hamparan sawah Sasak, 31/5/2014)
BETAH
Cinta...,Aku tak kuasa membiarkanmu berlumur perih
Sayat gundah yang bertengger disudut resahmu
Lipur damai agar ronamu kembali memancar
Sebab, sakitmu menyiksaku
Bungkam serapahmu
Jadikan luka secarik sajak penuntun sukma bertasbih
Agar aku bisa sesekali bersya'ir tentang senyummu..
Dan betah dalam dekapanmu....
( Alif Babuju : 4/1/2015)
GETIR
Kuingin mencampuri getirmu
Tersisih dalam suram waktu
Mengeja aksara hikmah berujar disetiap hela jeritan
Merangkai asa yang rapuh...
Hempaskan seluruh perih dikandung rasa
Aku disini hingga sesalmu lelah..
Lalu mengajakmu pulang.....
Menuju peraduan sahaja..
( Alif Babuju / GETIR/ 9/1/2015 )
MALAMKU
Bulan itu....
Kini berlabuh di tepi malam
Melambai diantara sunyi dan pekat
Pada desah jiwa.....
Aku mau....
Dihujung penjagaan
Menitis dalam ilusi menjelang tidur
Terkapar hangat di dekap mimpi....
Lenyapkan penat bersama lelap
Akankah malamku berlalu...?
Akankah malamku berlalu...?
Tidak....!!!
Ia akan tetap bersamaku...
Sebab ku tak ingin mentari merenggut damaiku....
(Alif Babuju /Bersama Malam di Emperan Kos,30 Mei 2014)
SUJUD
Nihil…
Hanya aksara pada serat agung
Dan lantunan pengharapan Keharibaan
Usai sujud
CahyaMU menelisik ke kisi-kisi sukma
Mengalir dilekung hati
Hening…
Damai…
Hela nafas sejuk...
Dicelah sunyi
Mengalun bersama dzikir
Menembus lapisan smesta
Tekad terpaku disini
Hingga hayat tertidur pulas dipangkuanMU
(Alif Babuju /Usai Sholat Malam di Kamar Kos,2/5/2014)
MAH...,
Mah...,
Sajakku pupus
Tak mampu ujarkan renjana sucimu
Dan semburat kasih yang sungkan redup
Mah....,
Ragamu lapuk diterkam usia
Namun luhur nuranimu kian berjebah
Menggeliat bersama parau suaramu memanjakanku.
Mah...,
Aku selalu menyaksikan pijar cinta dari mata surammu
Keluhanmu yang enggan berisik
Pengorbananmu yang tak pernah sirna
Mah...,
Aku takut
Jika tiba waktunya Tuhan mengetuk pintu surau kita lalu mengajakmu pulang
Sedang seluruh hayatku tak sebanding untuk membalas kasihmu...
(Alif Babuju/ MAH/9/1/2015)
MENEGUR TUHAN
Kidung kematian membahana
Menggiring nurani yang sekarat ke pembaringan
Namun alam selalu ramah
Mendekap gigihmu bertahan....
Tuhan...
Betahkah KAU duduk manis di Arsy-Mu ?
Atau adakah cara lain-Mu mengajariku mencintai hidup?
Agar "Tuan-Tuan" itu mengerti......
Akh...,
Jangan bilang sajakku ini do'a Tuhan
Sebab aku masih bisa tidur tenang
Pada anjungan takdir-Mu.....
(Alif Babuju : MENEGUR TUHAN,10/1/2015)
SUATU MASA
Ini tentang suatu masa
Ketika alam senantiasa meng-gurau hidup dengan ramah
Walau kadang hasrat merampok hijaunya
Ia sekedar murka sekuat asa menanggung.....
Kawan....
Kita anak semesta
Hanya bisa meratap dengan anjuran dan pengharapan
Namun, bandit-bandit itu tuli dan mati rasa....
Kawan....
Kita ditunggingkan dari alam sahaja
Dipaksa berpisah dengan bianglala
Ditendang dan ditindih untuk memusuhi musim semi
Entalah kawan....
Apakah esok fajar masih mengukir bias pada embun
Dan kicauan burung itu enggan punah menyabut pagi
Kita tidak perlu menerka...
Kapan lagi kawan ?
Kita bisa memapah jiwa pada rona semesta
Mengisi relung hayat dengan asri
Dan menari diatas panggung alami seperti masa itu ?
( Alif Babuju, Kota Santri,31/1/2015 )
KESETIAANMU
Bias ronamu meramu damai sukmaku
Menyempurnahkan anugerah rasa.
Kreasi Maha Agung
Untuk arti hidup.....
Betahkah KAU duduk manis di Arsy-Mu ?
Atau adakah cara lain-Mu mengajariku mencintai hidup?
Agar "Tuan-Tuan" itu mengerti......
Akh...,
Jangan bilang sajakku ini do'a Tuhan
Sebab aku masih bisa tidur tenang
Pada anjungan takdir-Mu.....
(Alif Babuju : MENEGUR TUHAN,10/1/2015)
SUATU MASA
Ini tentang suatu masa
Ketika alam senantiasa meng-gurau hidup dengan ramah
Walau kadang hasrat merampok hijaunya
Ia sekedar murka sekuat asa menanggung.....
Kawan....
Kita anak semesta
Hanya bisa meratap dengan anjuran dan pengharapan
Namun, bandit-bandit itu tuli dan mati rasa....
Kawan....
Kita ditunggingkan dari alam sahaja
Dipaksa berpisah dengan bianglala
Ditendang dan ditindih untuk memusuhi musim semi
Entalah kawan....
Apakah esok fajar masih mengukir bias pada embun
Dan kicauan burung itu enggan punah menyabut pagi
Kita tidak perlu menerka...
Kapan lagi kawan ?
Kita bisa memapah jiwa pada rona semesta
Mengisi relung hayat dengan asri
Dan menari diatas panggung alami seperti masa itu ?
( Alif Babuju, Kota Santri,31/1/2015 )
KESETIAANMU
Bias ronamu meramu damai sukmaku
Menyempurnahkan anugerah rasa.
Kreasi Maha Agung
Untuk arti hidup.....
Kisah ini kian getir menempuh laras jalan bertabur onak
Energi penantianmu memantik harapanku..
Memaksaku bertahan
Hanya untukmu
Aku akan kembali saat fajar mengintip dibalik bukit
Kala embun mewarnai musim semi
Dan ranah alam bersyai'ir tentang kita
Lalu terkapar dalam dekap hangatmu....
(Alif Babuju,Kota Santri, 31/1/2015)
RATU JANNAH
Tuhan...
Renjana suciMU
Terpatri dalam rasaku
Ikhlasku mencintaiMU
Energi penantianmu memantik harapanku..
Memaksaku bertahan
Hanya untukmu
Aku akan kembali saat fajar mengintip dibalik bukit
Kala embun mewarnai musim semi
Dan ranah alam bersyai'ir tentang kita
Lalu terkapar dalam dekap hangatmu....
(Alif Babuju,Kota Santri, 31/1/2015)
RATU JANNAH
Tuhan...
Renjana suciMU
Terpatri dalam rasaku
Ikhlasku mencintaiMU
Ratu jannah kirimanMU sempurnakan abdiku
Mengajariku damai bersenggamah denganMU
Tingkahnya sakral abadikan tuntunanMU
Dengan cara apalagi aku harus bersyukur?
Tuhan....
Kelak di haribaanMU
Aku akan datang
Untuk membanggakannya....
( Alif Babuju, Usai Subuh di Kota Santri, 3/2/2015)
Mengajariku damai bersenggamah denganMU
Tingkahnya sakral abadikan tuntunanMU
Dengan cara apalagi aku harus bersyukur?
Tuhan....
Kelak di haribaanMU
Aku akan datang
Untuk membanggakannya....
( Alif Babuju, Usai Subuh di Kota Santri, 3/2/2015)