Senin, 28 Juli 2014

Komunitas Kreatif dan Masa Depan Bima(Dana Mbojo)

Oleh : Alif Babuju


Akhir-akhir ini di Dana Mbojo (Bima) kian menjamur berbagai komunitas lokal yang intens dalam membina generasi muda dan mahasiswa. Sebut saja misalnya Komunitas Babuju, Komunitas Kapatu Mbojo, Komunitas Jalan Setapak(KJS), Komunitas Ujung Aspal serta masih banyak lagi komunitas-komunitas lokal lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Meski arah pengembangan dan fokus kajiannya berbeda-beda, namun kehadiran komunitas-komunitas tersebut setidaknya telah memberikan warna dalam dinamika intelektual Bima. Lahirnya komunitas-Komunitas tersebut merupakan respon positif terhadap fenomena sosial Dana Mbojo yang kian merosot baik dari Sumber Daya Manusia(SDM), moralitas, budaya dan berbagai penyakit sosial lainnya. Hal ini tentunya merupakan suatu upaya untuk mempertahan nilai-nilai kebenaran,keadilan dan kebudayaan untuk daerah Bima.

Hal yang tidak bisa disangkal oleh setiap orang bahwa kehancuran suatu peradaban merupakan implikasi dari semakin menjauhnya manusia dari nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran ini menyangkut tentang aturan hidup manusia berdasarkan standar universal. Fenomena ini adalah  fakta historis pada hampir setiap ras manusia. Cepat atau lambat suatu bangsa ketika mempertahankan sikap menyimpang dari kebenaran, akan mengalami kehancuran. Dalam pendekatan agama sekalipun melegitimasi hal tersebut. Itulah sebabnya kebanyakan dari ayat Al-Qur,an memuat kisah-kisah tentang kehancuran kaum terdahulu.

Selain hancur karena perbuatan menyimpang manusia, suatu bangsa atau peradaban diyakini pula oleh kalangan sejarawan  akan tetap mengalami kehancuran. Hal ini sebagaimana pandangan Ibnu Khaldun(1332-1406) dalam “Muqaddimah” bahwa perjalanan sebuah peradaban menuju titik terendah(hancur) merupakan “Takdir” yang tidak bisa ditawar-tawar. Ibnu Khaldun melalui teori  “Siklus Sejarah” menyebutkan empat fase perkembangan bangsa, yaitu : Primitif, Urbanisasi, Kemewahan/kemajuan dan kemunduran.  Fase-fase tersebut seperti halnya fase biologis manusia  yang bergerak dari lahir, anak-anak, remaja. Dewasa,tua lalu mati. Khaldun meyakini bahwa peradabanpun akan mengalami kematian.

Merujuk terhadap teori siklus sejarahnya Ibnu Kaldun diatas, untuk membenturkannya dengan daerah Bima mungkin sangat sulit ditemukan fase-fase tersebut. Sejenak misalnya kita kembali ke fase-fase sejarah Bima. Dalam sejarah Bima pun kita mengenal fase-fase sejarah misalnya Jaman Naka, Ncuhi, Kerajaan  dan kesultanan. Namun untuk mengkategorikan fase-fase sejarah Bima tersebut dalam teori siklus sejarahnya Ibnu Kaldhun ini mungkin hal yang sulit. Dibutuhkan pemahaman sejarah Bima yang komferhensif untuk menyimpulkan hal tersebut. Apalagi Bima akhir-akhir ini digencarkan dengan penemuan sisa reruntuhan kerajaan kuno “Kalepe”(Baca : Kerajaan Kalepe), yang disinyalir sebagai kerajaan pertama dan terbesar di daerah tersebut. Ini tentunya merupakan fersi baru atas penafsiran terhadap sejarah Bima(Dana Mbojo). Jadi, menurut penulis sejarah Bima masih ibarat benang kusut yang mesti kita rajut kembali untuk mendapatkan kesimpulan historis yang benar agar bisa diestimasi dengan jelas seperti apa fase-fase sejarah daerah Bima yang semestinya.

Kembali ke fokus pembahasan dalam tulisan ini.Yakni, “Komunitas Kreatif dan Masa Depan Bima(Dana Mbojo)”.Menyusun tulisan ini, Penulis ingin mengutip tesisnya Toynbee yang meyakini bahwa kehancuraan suatu bangsa dapat ditunda lebih lama. Untuk menunda kehancuran tersebut syaratnya adalah adanya Minoritas Kreatif (Creative Minority) yang bekerja keras untuk merawat nilai-nilai abadi : Kebenaran, keadilan dan akal sehat(rasio). Dari tesisnya Toynbee tersebut untuk memperlambat gerak suatu peradaban menuju titik kehancuran dibutuhkan sekelompok kecil orang (Creative Minority) yang senantiasa  kreatif melestarikan nilai-nilai kebenaran,keadilan dan akal sehat. Dalam pandangan Toynbee “Creative Minority” inilah yang menciptakan kebudayaan, sedangkan mayoritas merupakan pengikut saja.

Seidaknya untuk menerjemahkan “Creative Minority” dalam tesisnya Toynbee tersebut, secara sederhana  penulis sepadankan dengan “Komunitas Kreatif”. Dimana Komunitas Kreatif merupakan sekelompok orang yang memiliki peran dominan dalam suatu masyarakat. Sekelompok orang ini memiliki profesionalitas dan daya kreativitas dalam merumuskan perubahan sosial serta bekerja keras mempertahankan nilai-nilai kebenaran. Mereka memiliki lambang, tujuan, solidaritas dan komitmen yang tinggi dalam hal ini.

Lahirnya beragam komunitas lokal di Bima(Dana Mbojo) merupakan  usaha sadar untuk meng-konstruksi  tatanan sosial ke arah yang lebih baik. Setidaknya, dari bebagai komintas tersebut memiliki metode yang kondusif dalam hal ini.  Metode yang penulis maksud adalah metode yang digunakan dalam membina anggota komunitas  untuk menghasilkan out put  yang diharapkan berdampak positif atas daerah Bima.  Dalam mendirikan komunitas-komintas tersebut oleh pendiri dan perintisnya tentu memiliki tujuan tertentu. Namun, melihat dinamika berbagai komunitas di Bima yang intens dalam berbagai aktivitas keilmuan dan kemanusiaan, secara representatif bisa disimpulkan memiliki tujuan yang sama, yakni, sebagai ruang penempaan dan pembinaan generasi untuk mewujudkan perubahan sosial Dana Mbojo(Bima) yang lebih baik.

Namun berbicara tentang “Komunitas Kreatif", melahirkan pertanyaan : Manakah dari beragam Komunitas Lokal yang didirikan oleh aktor profesional dan intelektual  di daerah Bima yang masuk dalam kategori Komunitas Kreatif ? Penulis tidak hendak mengidentifikasi semua komunitas yang ada di Bima, lalu melakukan analisa komparatif sehingga menemukan beberapa indikator, mana diantara komunitas tersebut yang masuk dalam kategori “Komunitas Kreatif”.Namun, penulis hendak menemukan definisi kata “Kreatif” itu sendiri seperti apa serta berupaya menemukan indikator  untuk komunitas kreatif. Dalam hal ini  hanya sebatas interpretasi penulis Selebihnya dibutuhkan berbagai pemahaman yang lebih solutif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), definisi Kreatif adalah  memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yg menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Kata kreatif memiliki padanan kata dengan kreatifitas. Para Ilmuwan berbeda pendapat dalam mendefinisikan kreativitas. Meski demikian arah dan tujuannya sama. Menurut James R. Evans (1994), “Kreatifitas adalah kemampuan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru, dan menentukan kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran”. Sedangkan Widyatun (1999), mengatakan, “Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang memberi kesempatan individu untuk menciptakan ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa Kreatif adalah upaya mewujudkan konsep  dalam pikiran  melalui karya.

Berbicara tentang Bima(Dana Mbojo), tentunya berbeda dengan daerah lain baik dari sisi historis maupun budayanya. Setidaknya Komunitas Lokal yang lahir di daerah Bima mesti disesuaikan dengan kondisi sosial budaya daerah tersebut. Yang lebih penting adalah Komunitas yang ada di Bima harus mampu membaca fenomena sosial kekinian di daerah itu. Fenomena sosial Dana Mbojo(Bima) saat ini tengah mengalami pergeseran yang sangat serius. Fokus utama komunitas-komunitas yang ada meskinya mengarah pada kondisi sosial Bima hari ini yang larut dalam kedilemaan Sumber Daya Manusia(SDM). Dimana Kwalitas diri tidak lagi menjadi orientasi utama dalam menempuh pendidikan. Diperparah oleh tuntutan sosial yang menempatkan strata sosial dominan ditentukan oleh harta dan jabatan sehingga membuat Ilmu pengetahuan dan kwalitas diri menjadi terbengkalai. Disisi lain, orangtua menyekolahkan anak lebih dikarenakan dorongan persaingan sosial yang tidak sehat dengan alasan untuk segera memiliki pekerjaan atau untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil(PNS) sebagai lahan empuk dan sandaran nasib kebanyakan masyarakat Bima saat ini. Pemerintah juga mulai membuka ruang untuk melegitimasi hal tersebut dengan sistem perekrutan tenaga kerja tanpa mempertimbangkan kwalitas. Banyak hal sesungguhnya yang saling mendukung dari berbagai komponen yang ada di Daerah Bima jika dianalisa lebih dalam untuk membenarkan hal ini. Sehingga sadar tidak sadar sesungguhnya fenomena sosial Bima tengah mengkonstruksi generasi menjadi pribadi yang keropos. Hal tersebut bisa dilihat pada kebiasaan generasi Bima hari ini yang kian larut dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. Semakin menyibukkan diri pada aktivitas yang destruktif.

Menurut penulis untuk merespon fenomena tersebut setidaknya Komunitas-Komunitas Lokal yang kian menjamur di Bima(Dana Mbojo) harus benar-benar secara sadar dibangun untuk ruang pembinaan karakter serta kreativitas generasi. Tentunya keberadaan Komunitas – komunitas tersebut harus didukung oleh berbagai komponen yang ada seperti Pemerintah, Lembaga Pendidikan dan Masyarakat. Secara fisikpun Komunitas yan ada harus lengkap dengan sarana dan prasarana.

Untuk mengkategorikan suatu komunitas sebagai “Komunitas Kreatif”, setidaknya ada beberapa indikator :
~ Independen atau mandiri.
~ Memiliki sekretariat atau markas sebagai titik sentral segala bentuk kegiatan.
~ Memiliki sarana dan prasarana pendukung seperti perpustakaan, peralatan kerja dan berbagai instrumen berdasarkan kebutuhan untuk mencapai tujuan komunitas.
~ Intens melakukan kajian keilmuan, agama dan budaya.
~ Aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Baik dalam sosial kemasyarakatan dan Pemerintahan.
~ Selalu melahirkan ide-ide baru dan solusi dalam merespon fenomena sosial.
~ Aktif dalam mengkaji berbagai persoalan sosial.
~ Mengutamakan pendidikan karakter generasi.
~ Aktif melakukan gerakan-gerakan sosial secara sistemik dan berkala.
~ Mampu melahirkan karya yang bermanfaat bagi anggota komunitas dan masyarakat banyak. Serta masih banyak lagi hal-hal lainnya yang tentunya bermanfaat.

Ketika Komunitas-komunitas yang ada di daerah Bima memenuhi beberapa Indikator tersebut diatas, penulis rasa tidak terlalu berlebihan jika dikategorikan sebagai "Komunitas Kreatif". Dengan demikian, berbagai krisis sosial yang tengah melanda daerah Bima bisa di kurangi dan diantisipasi. Hal ini akan lebih menjamin untuk menyonsong masa depan Bima yang lebih baik. Sebab, jika kita hanya mendiamkan situasi dan kondisi yang ada saat ini, tidak ada yang bisa menjamin Dana Mbojo(Bima) kedepan akan jauh lebih baik dari sekarang. Kondisi sosial Bima yang diserang oleh berbagai penyakit sosial saat ini apakah karena kegagalan sistem yang ada atau memang sengaja diciptakan ? Wallahualam....

Kata Kunci : Komunitas Kreatif, Masa Depan Bima(Dana Mbojo).
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran konstruktif Pembaca sangat Kami harapkan