Oleh : Alif Babuju
Akhir-akhir
ini di Dana Mbojo (Bima) kian menjamur berbagai komunitas lokal yang
intens dalam membina generasi muda dan mahasiswa. Sebut saja misalnya
Komunitas Babuju, Komunitas Kapatu Mbojo, Komunitas Jalan Setapak(KJS),
Komunitas Ujung Aspal serta masih banyak lagi komunitas-komunitas lokal
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Meski arah pengembangan dan fokus kajiannya berbeda-beda, namun
kehadiran komunitas-komunitas tersebut setidaknya telah memberikan warna
dalam dinamika intelektual Bima. Lahirnya komunitas-Komunitas tersebut
merupakan respon positif terhadap fenomena sosial Dana Mbojo yang kian
merosot baik dari Sumber Daya Manusia(SDM), moralitas, budaya dan
berbagai penyakit sosial lainnya. Hal ini tentunya merupakan suatu upaya
untuk mempertahan nilai-nilai kebenaran,keadilan dan kebudayaan untuk
daerah Bima.
Hal yang tidak bisa disangkal oleh setiap
orang bahwa kehancuran suatu peradaban merupakan implikasi dari semakin
menjauhnya manusia dari nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran ini
menyangkut tentang aturan hidup manusia berdasarkan standar universal.
Fenomena ini adalah fakta historis pada hampir setiap ras manusia.
Cepat atau lambat suatu bangsa ketika mempertahankan sikap menyimpang
dari kebenaran, akan mengalami kehancuran. Dalam pendekatan agama
sekalipun melegitimasi hal tersebut. Itulah sebabnya kebanyakan dari
ayat Al-Qur,an memuat kisah-kisah tentang kehancuran kaum terdahulu.
Selain
hancur karena perbuatan menyimpang manusia, suatu bangsa atau peradaban
diyakini pula oleh kalangan sejarawan akan tetap mengalami kehancuran.
Hal ini sebagaimana pandangan Ibnu Khaldun(1332-1406) dalam “Muqaddimah”
bahwa perjalanan sebuah peradaban menuju titik terendah(hancur)
merupakan “Takdir” yang tidak bisa ditawar-tawar. Ibnu Khaldun melalui
teori “Siklus Sejarah” menyebutkan empat fase perkembangan bangsa, yaitu : Primitif, Urbanisasi, Kemewahan/kemajuan dan kemunduran. Fase-fase
tersebut seperti halnya fase biologis manusia yang bergerak dari
lahir, anak-anak, remaja. Dewasa,tua lalu mati. Khaldun meyakini bahwa
peradabanpun akan mengalami kematian.
Merujuk terhadap
teori siklus sejarahnya Ibnu Kaldun diatas, untuk membenturkannya dengan
daerah Bima mungkin sangat sulit ditemukan fase-fase tersebut. Sejenak
misalnya kita kembali ke fase-fase sejarah Bima. Dalam sejarah Bima pun
kita mengenal fase-fase sejarah misalnya Jaman Naka, Ncuhi, Kerajaan dan kesultanan.
Namun untuk mengkategorikan fase-fase sejarah Bima tersebut dalam teori
siklus sejarahnya Ibnu Kaldhun ini mungkin hal yang sulit. Dibutuhkan
pemahaman sejarah Bima yang komferhensif untuk menyimpulkan hal
tersebut. Apalagi Bima akhir-akhir ini digencarkan dengan penemuan sisa
reruntuhan kerajaan kuno “Kalepe”(Baca :
Kerajaan Kalepe), yang disinyalir sebagai kerajaan pertama dan terbesar
di daerah tersebut. Ini tentunya merupakan fersi baru atas penafsiran
terhadap sejarah Bima(Dana Mbojo). Jadi, menurut penulis sejarah Bima
masih ibarat benang kusut yang mesti kita rajut kembali untuk
mendapatkan kesimpulan historis yang benar agar bisa diestimasi dengan
jelas seperti apa fase-fase sejarah daerah Bima yang semestinya.
Kembali ke fokus pembahasan dalam tulisan ini.Yakni, “Komunitas Kreatif dan Masa Depan Bima(Dana Mbojo)”.Menyusun
tulisan ini, Penulis ingin mengutip tesisnya Toynbee yang meyakini
bahwa kehancuraan suatu bangsa dapat ditunda lebih lama. Untuk menunda
kehancuran tersebut syaratnya adalah adanya Minoritas Kreatif (Creative
Minority) yang bekerja keras untuk merawat nilai-nilai abadi :
Kebenaran, keadilan dan akal sehat(rasio). Dari tesisnya Toynbee
tersebut untuk memperlambat gerak suatu peradaban menuju titik
kehancuran dibutuhkan sekelompok kecil orang (Creative Minority) yang
senantiasa kreatif melestarikan nilai-nilai kebenaran,keadilan dan akal
sehat. Dalam pandangan Toynbee “Creative Minority” inilah yang menciptakan kebudayaan, sedangkan mayoritas merupakan pengikut saja.
Seidaknya untuk menerjemahkan “Creative Minority”
dalam tesisnya Toynbee tersebut, secara sederhana penulis sepadankan
dengan “Komunitas Kreatif”. Dimana Komunitas Kreatif merupakan
sekelompok orang yang memiliki peran dominan dalam suatu masyarakat.
Sekelompok orang ini memiliki profesionalitas dan daya kreativitas dalam
merumuskan perubahan sosial serta bekerja keras mempertahankan
nilai-nilai kebenaran. Mereka memiliki lambang, tujuan, solidaritas dan
komitmen yang tinggi dalam hal ini.
Lahirnya beragam
komunitas lokal di Bima(Dana Mbojo) merupakan usaha sadar untuk
meng-konstruksi tatanan sosial ke arah yang lebih baik. Setidaknya,
dari bebagai komintas tersebut memiliki metode yang kondusif dalam hal
ini. Metode yang penulis maksud adalah metode yang digunakan dalam
membina anggota komunitas untuk menghasilkan out put yang
diharapkan berdampak positif atas daerah Bima. Dalam mendirikan
komunitas-komintas tersebut oleh pendiri dan perintisnya tentu memiliki
tujuan tertentu. Namun, melihat dinamika berbagai komunitas di Bima yang
intens dalam berbagai aktivitas keilmuan dan kemanusiaan, secara
representatif bisa disimpulkan memiliki tujuan yang sama, yakni, sebagai
ruang penempaan dan pembinaan generasi untuk mewujudkan perubahan
sosial Dana Mbojo(Bima) yang lebih baik.
Namun berbicara
tentang “Komunitas Kreatif", melahirkan pertanyaan : Manakah dari
beragam Komunitas Lokal yang didirikan oleh aktor profesional dan
intelektual di daerah Bima yang masuk dalam kategori Komunitas Kreatif ?
Penulis tidak hendak mengidentifikasi semua komunitas yang ada di Bima,
lalu melakukan analisa komparatif sehingga menemukan beberapa
indikator, mana diantara komunitas tersebut yang masuk dalam kategori
“Komunitas Kreatif”.Namun, penulis hendak menemukan definisi kata
“Kreatif” itu sendiri seperti apa serta berupaya menemukan indikator
untuk komunitas kreatif. Dalam hal ini hanya sebatas interpretasi
penulis Selebihnya dibutuhkan berbagai pemahaman yang lebih solutif.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), definisi Kreatif adalah memiliki
daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung)
daya cipta: pekerjaan yg menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Kata
kreatif memiliki padanan kata dengan kreatifitas. Para Ilmuwan berbeda
pendapat dalam mendefinisikan kreativitas. Meski demikian arah dan
tujuannya sama. Menurut James R. Evans (1994), “Kreatifitas adalah
kemampuan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek dari
perspektif baru, dan menentukan kombinasi-kombinasi baru dari dua atau
lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran”. Sedangkan Widyatun (1999),
mengatakan, “Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang memberi kesempatan individu untuk menciptakan ide-ide
asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang”.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa Kreatif adalah
upaya mewujudkan konsep dalam pikiran melalui karya.
Berbicara
tentang Bima(Dana Mbojo), tentunya berbeda dengan daerah lain baik dari
sisi historis maupun budayanya. Setidaknya Komunitas Lokal yang lahir
di daerah Bima mesti disesuaikan dengan kondisi sosial budaya daerah
tersebut. Yang lebih penting adalah Komunitas yang ada di Bima harus
mampu membaca fenomena sosial kekinian di daerah itu. Fenomena sosial
Dana Mbojo(Bima) saat ini tengah mengalami pergeseran yang sangat
serius. Fokus utama komunitas-komunitas yang ada meskinya mengarah pada
kondisi sosial Bima hari ini yang larut dalam kedilemaan Sumber Daya
Manusia(SDM). Dimana Kwalitas diri tidak lagi menjadi orientasi utama
dalam menempuh pendidikan. Diperparah oleh tuntutan sosial yang
menempatkan strata sosial dominan ditentukan oleh harta dan jabatan
sehingga membuat Ilmu pengetahuan dan kwalitas diri menjadi
terbengkalai. Disisi lain, orangtua menyekolahkan anak lebih dikarenakan
dorongan persaingan sosial yang tidak sehat dengan alasan untuk segera
memiliki pekerjaan atau untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil(PNS) sebagai
lahan empuk dan sandaran nasib kebanyakan masyarakat Bima saat ini.
Pemerintah juga mulai membuka ruang untuk melegitimasi hal tersebut
dengan sistem perekrutan tenaga kerja tanpa mempertimbangkan kwalitas.
Banyak hal sesungguhnya yang saling mendukung dari berbagai komponen
yang ada di Daerah Bima jika dianalisa lebih dalam untuk membenarkan hal
ini. Sehingga sadar tidak sadar sesungguhnya fenomena sosial Bima
tengah mengkonstruksi generasi menjadi pribadi yang keropos. Hal
tersebut bisa dilihat pada kebiasaan generasi Bima hari ini yang kian
larut dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. Semakin menyibukkan diri pada
aktivitas yang destruktif.
Menurut penulis untuk merespon
fenomena tersebut setidaknya Komunitas-Komunitas Lokal yang kian
menjamur di Bima(Dana Mbojo) harus benar-benar secara sadar dibangun
untuk ruang pembinaan karakter serta kreativitas generasi. Tentunya
keberadaan Komunitas – komunitas tersebut harus didukung oleh berbagai
komponen yang ada seperti Pemerintah, Lembaga Pendidikan dan Masyarakat.
Secara fisikpun Komunitas yan ada harus lengkap dengan sarana dan
prasarana.
Untuk mengkategorikan suatu komunitas sebagai “Komunitas Kreatif”, setidaknya ada beberapa indikator :
~ Independen atau mandiri.
~ Memiliki sekretariat atau markas sebagai titik sentral segala bentuk kegiatan.
~
Memiliki sarana dan prasarana pendukung seperti perpustakaan, peralatan
kerja dan berbagai instrumen berdasarkan kebutuhan untuk mencapai
tujuan komunitas.
~ Intens melakukan kajian keilmuan, agama dan budaya.
~ Aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Baik dalam sosial kemasyarakatan dan Pemerintahan.
~ Selalu melahirkan ide-ide baru dan solusi dalam merespon fenomena sosial.
~ Aktif dalam mengkaji berbagai persoalan sosial.
~ Mengutamakan pendidikan karakter generasi.
~ Aktif melakukan gerakan-gerakan sosial secara sistemik dan berkala.
~
Mampu melahirkan karya yang bermanfaat bagi anggota komunitas dan
masyarakat banyak. Serta masih banyak lagi hal-hal lainnya yang tentunya
bermanfaat.
Ketika Komunitas-komunitas yang ada di daerah
Bima memenuhi beberapa Indikator tersebut diatas, penulis rasa tidak
terlalu berlebihan jika dikategorikan sebagai "Komunitas Kreatif".
Dengan demikian, berbagai krisis sosial yang tengah melanda daerah Bima
bisa di kurangi dan diantisipasi. Hal ini akan lebih menjamin untuk
menyonsong masa depan Bima yang lebih baik. Sebab, jika kita hanya
mendiamkan situasi dan kondisi yang ada saat ini, tidak ada yang bisa
menjamin Dana Mbojo(Bima) kedepan akan jauh lebih baik dari sekarang.
Kondisi sosial Bima yang diserang oleh berbagai penyakit sosial saat ini
apakah karena kegagalan sistem yang ada atau memang sengaja diciptakan ?
Wallahualam....
Kata Kunci : Komunitas Kreatif, Masa Depan Bima(Dana Mbojo).