Minggu, 14 September 2014

"CIN(t)AI LAH PRODUK DALAM NEGERI"

"SAAT WARAS, SESUNGGUHNYA KITA SEDANG MENGGILAI KETIDAKWARASAN"

 Oleh : Rangga Babuju

Saya tergelitik dengan pemberitaan dan topic yang hangat dibicarakan di Negeri ini tentang Pemilihan Langsung (Oleh Rakyat) dan Pemilihan tidak langsung (oleh rakyat). Saya menilainya kedua pilihan tersebut sama saja dan tidak ada perbedaan yang menonjol. Sebab Pemilihan langsung oleh Rakyat, toch bukan Rakyat juga yang menentukan Kandidatnya melalui pola pengajuan Calon.

Oleh Konstitusi Negera ini, Partai diberi ruang dan Hak untuk menentukan siapa yang akan diusung. Partai adalah Ruang atau Wadah untuk melahirkan Perwakilan Rakyat, Partai diberi Mandat untuk menentukan siapa yang akan diusung baik melalui Politik Transaksional (Calon Membayar partai atau Partai menawarkan harga), dan melalui Politik Negosisasi (Calon menawarkan Program dan keuntungan partai, atau Partai Menawarkan jatah kursi). Lalu dimana Rakyat…..??

Dalam Demokrasi di negeri ini, tugas dan guna Rakyat hanya untuk mencoblos, Itu saja, ya, Itu saja…!! dan coblos mencoblos ini dikibuli dengan berbagai retorika dan komunikasi politik yang sebenarnya baik dan bagus, hanya saja dinodai oleh Tim-Tim baik dari partai maupun diluar partai yang disebut dengan 'Tim sayap' untuk memanipulasi janji-janji politik dan memainkan peran Bergaining untuk mendapatkan jatah dan jatah yang paling sering adalah Jatah proyek.

Apa bedanya dengan Pemilihan Tidak Langsung..?? pada pemilihan Tidak langsung, semua orang tahu bahwa yang memilih adalah DPR atau DPRD. Calon yang akan dipilih juga diusulkan oleh Partai. Partai memberi mandat kepada DPRD untuk menggodok dan menyeleksi mana yang lebih baik dan mana yang lebih tepat untuk memimpin daerah ini (Versi DPRD). Hak Rakyat adalah pada saat memilih anggota DPRD yang akan memilih pemimpin rakyat itu sendiri. Hanya saja Money Politik nya tidak lagi ke kantung Rakyat tetapi ke kantung anggota DPRD dan Partai. Bedanya sedikit bukan.....?? Ini persoalan Perut dan sesekali masalah dibawah perut....!!

Pemilihan Langsung dan Tidak Langsung, hanyalah pindah posisi pemilihan saja. Dari Penentuan Partai kini diarahkan penentuannya oleh DPRD. Hak Rakyat tentang Demokrasi sebenarnya sudah selesai ketika Rakyat lahir, ketika Rakyat dijadikan Follower, ketika Rakyat dimainkan dengan RUU atau Raperda. Rakyat selesai dengan penggiringan-penggiringan Media informasi dan komunikasi, baik melalui Media cetak, media elektronik maupun media online. Dalam Demokrasi, Rakyat hanya memiliki satu Hak, yaitu Hak mencoblos DPR/DPRD I/DPRD II. Tetapi Rakyat sangat jarang dan malah tidak mau tahu untuk dilibatkan dalam Pembuatan Perda atau UU, rakyat tidak dilibatkan dalam penyusunan RAPBD, rakyat tidak dilibatkan dalam LPJ Eksekutif. Rakyat hanya dihadirkan hanya untuk Mencoblos.....!!! Hanya itu hak demokrasi yang dimiliki oleh Rakyat, selebihnya adalah si empunya kekuasaan, keuangan dan kekuatan.....!!

Padahal, mengawal penggodokan RUU, Raperda maupun LPJ eksekutif adalah yang lebih urgen, yang lebih substansi dari kehidupan berdemokrasi. Setidaknya Rakyat diberi ruang untuk ikut minimal hak untuk mendengar dan mengawal. Rakyat sudah digiring melalui Opini-Opini yang keblinger, Rakyat disibukan dengan Panas memanasi Issu, Rakyat hanya digunakan untuk mendorong Opini kepentingan elite untuk menegaskan sebuah kepentingan bersama. Padahal secara esensi, rakyat hanya menjadi 'Kambing congek', rakyat hanya menjadi Pengikut atas sebuah Kalimat indah dalam pidato-pidato dan orasi-orasi di mimbar-mimbar yang konon katanya atas nama rakyat.

Ini problem kita, Pemuda dan Kaum terdidiknya cenderung menjadi Follower (Pengikut) atas informasi Yang belum tertelaah, komunikasi yang belum tertata, opini yang tak dimengerti serta issu yang tak dipahami. Hampir semua dari kita jarang berpikir dengan menggunakan akal sehat kita sendiri. Kita didorong untuk menjadi Manusia Fanatisme yang berlebihan dengan merasuki (Doktrin) setiap sendi kehidupan sosial. Kita dipaksa untuk benar tanpa berpikir bahwa kita belum tentu benar sepenuhnya, kita didoktrin bahwa Suara Rakyat Suara Tuhan, padahal Sabda Nabi dan Rasul saja masih belum boleh disamakan dengan Firman Tuhan.

Kita Pekik kata 'Merdeka', Kita gaungkan untuk Menggayang daerah lain, Menggayang kampung lain, Menggayang Negara lain, padahal bila Listrik Mati 1 jam saja, kita panic. Padahal, bila saja Provider mematikan signal 1 jam saja, HP dan komunikasi kita tidak berjalan dengan baik dan emosi kesesama. Tidak usah jauh-jauh, kita teriak menolak KAPITALIS, tapi saat Pulsa kita habis kita mengutang, kita teriak Tolak Yahudi, tapi HP Merek-merek terbaru senang kita Update. Apa sich yang sudah kita punya sehingga kita Bangga dengan pekikan Hidup Merdeka…..??

Kita bangga, sinyal seluler sudah masuk desa (buatan Jerman), tapi HP nya kita mesti beli lagi (buatan Inggris, Cina, Jerman, dll). Kita bangga punya HP yang memiliki Fitur lengkap, tapi kita harus diharus membeli kartunya (buatan Singapura). Lalu setelah kartu terpasang, kita digiring untuk membeli Pulsa (Saham nya milik Malaysia dan Singapura). Lalu, mana yang mesti kita bangga-banggain….??

Kita bangga karena kendaraan dan laju pembangunan infrastruktur meningkat pesat di Indonesia. Kendaraan bermotor masuk memenuhi pasar Indonesia tanpa dibatasi, tetapi Naik Haji, Umrah dan Sekolah ke Luar Negeri dikasih Quota (bahasa lain dari pembatasan). Kita bangga karena internet sudah bisa diakses dimana-mana, kita posting apa saja, kita caci maki, kita telanjangi banyak hal atas kondisi negeri ini, kita keluarkan sumpah serapah atas orang yang kita tidak sukai. Lalu, satu persatu dengan UU ITE warga kita ditangkap dijebloskan kepenjara. Tetapi Pemilik Mozilla, Google Chrome, Opera, Youtube, dan lainnya tertawa dan terpingkal-pingkal diluar sana melihat tingkah dan pongah kita yang tak sadar.

Saya teringat celetuknya Abu Macel saat dibeberapa kesempatan duduk diskusi bersama, “Pendemo di Negeri ini hidupnya selalu Abu-Abu, Pagi bangun tidur mereka mencaci maki Negara, siangnya mereka tinggalkan Negara (Tidur Siang), Malamnya nyari rokok batangan. Melawan Negara tapi kok rokok kok ngeceng dimana-mana….”

Sudah bukan lagi saatnya kita LIKE dan DISLIKE, Budaya 'Siapa Lo Siapa Gw', Tradisi Senang melihat teman susah dan susah melihat saudaranya senang, sudah lama ditinggalkan oleh Daerah-daerah dan Negara-Negara maju diberbagai belahan bumi sana. Era ini adalah Era dimana Orang yang Berkarya mendapatkan tahta, Era ini Era dimana Pemuda bersatu untuk mencontohkan Kebaikan, Era ini adalah Era dimana Budaya dan Sejarah dipentaskan dengan Mahal.

Motor dibikin diluar Negeri, Mobil pun demikian, HP apalagi. Satelit dikontrak meski kita yang pakai dengan bangga pula, Laptop produk luar, Internet yang kita akses tiap hari juga hasil produk luar negeri beserta Fitur-Fiturnya, sehingga jangan heran bahwa tulisan dan postingan kita semua tersimpan di bank data IT mereka. Kopi kita punya, tapi mesin kopi dari luar negeri, Minyak kita punya, tapi tenaga ahli dan Tim pembuatan mesin Konversinya mereka yang control dan buatkan. Kita punya tambang emas yang melimpah, tetapi regulasinya mereka yang atur, kita punya ikan yang melimpah tapi yang bagus-bagus wajib di Eksport. Kita punya tanah dan air yang cukup bagus sehingga tanaman tumbuh dengan subur dan baik namun melalui regulasi mereka atur pemupukan dan semprotan zat kimia, sedangkan mereka sendiri membuat pembudidayaan khusus tanaman organic tanpa zat kimia dilokasi-lokasi yang sangat subur dan hasilnya wajib untuk diekspor ke Negara mereka sendiri, sedangkan kita dicecoki dengan makanan ber-Zat kima. Lantas, apa yang dibikin di dalam Negeri ini yang bisa kita banggakan…??

Ach, Sudahlah, Kita ini seperti Permainan Catur, dibuat hanya untuk menjadi Hitam dan Putih. Raja boleh kemana-mana tapi hanya selangkah saja, Kuda, Benteng, Menteri dibuatkan jalurnya terbatas dengan cara dan pola yang sudah diatur. Sayangnya, Kita adalah Caturnya dan Negeri ini adalah Papan Caturnya tapi yang Orang lain yang memainkan Kita…..!!! INI YANG TIDAK PERNAH KITA SADARI SEDARI AWAL PERMAINAN INI DIRANCANG DAN DIRENCANAKAN……!!!

Mereka sudah mendidik anak-anak dan generasinya sejak dalam Kandungan, diluar sana, Bayi dalam kandungan sudah sekolah. Yang sekolah bukan bayinya, tapi Ibunya yang ditata agar anaknya menjadi apa yang diharapkan oleh bangsa dan negaranya. Diluar negeri sana, mereka memperkuat diri dengan program Makanan Organic (tanpa Zat pengawet sedikitpun) dan pola Vegetarian (Makanan tanpa kandungan daging). Kita disini dibunuh pelan-pelan dengan Zat Kimia, dengan Iklan dan promosi, dengan Data-data yang notabene itu untuk mereka bukan untuk kita tapi dipaksa untuk kita lakukan….!!! Dengan Tromadol kita dibunuh, Rokok dibatasi, Petani Tembakau melarat tetapi Minuman beralkohol dengan standar kelas dan tingkatan masuk ke Mall-Mall, Minimarket-Minimarket tanpa bisa dibendung. KITA ADALAH PELAYAN DIRUMAH KITA SENDIRI…. KITA MENJADI MUSUH BAGI TANAH KITA SENDIRI…. KITA MENJADI ORANG LAIN DALAM DIRI SENDIRI…. DAN KITA ADALAH ZOMBIE DIKEHIDUPAN NYATA….!!!

Tidak ada cara lain untuk mengembalikan identitas kita sebagai Bangsa Yang kaya dengan Khasanah Budaya dan Potensi SDA, kita butuh Kebersamaan, Kita Butuh Saling Mengangkat, Kita Butuh Saling Mendorong, Kita Butuh Saling Menopang dan Menunjang satu sama lain. Hilangkan rasa Iri dan Curiga antar sesama, Kembali untuk satukan Tujuan, KITA HANYA INGIN MERDEKA Secara Kharfiah dan Kaffah. Kita butuh Bangun dari Kebodohan dan Keterbelakangan, Kita ingin maju dengan Kreatifitas dan Inovasi. Kita Butuh Strategi Budaya dan Kita Butuh Strategi Bersaing….!! Kita Butuh PEMIMPIN yang MEMIMPIN dan MENGAYOMI bukan yang BERMIMPI dan BERBONEKA…..!!! Jika Tidak, mari sama-sama kita Ucapkan SELAMAT DATANG PARA ZOMBIE DI NEGERI ‘SEPOTONG SURGA’.

---------------
Saat Rasa Muak Menghampiri, 14 September 2014.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran konstruktif Pembaca sangat Kami harapkan