Oleh : Alif BABUJU
Bau amis darah segar menyumbat pernapasan
Rio saat melewati sungai kecil ditengah hutan. Sambil menutup hidung
dan mulut menggunakan tangan kirinya, Ia terus melangkah dengan hati-hati.
Sedang tangan kanannya memegang kamera
dalam keadaan siaga memotret. Matanya dibuka lebar sembari berulang kali menoleh kekiri dan
kekanan. Sesekali Ia menundukkan pandangan kebawah
memperhatikan jalan tempat Ia pijakkan kakinya. Beberapa bagian semak belukar
disekitar sungai itu nampak basah seperti baru saja dilewati oleh seseorang
yang basah kuyub. Suasana sepih mencekam. Hanya gemericik air sungai yang
seketika hilang setelah dilalui. Dari kejauhan terdengar suara musang bernyanyi
menyambut malam. Hari memang sudah mulai gelap. Tinggal beberapa menit lagi
malam akan tiba. Semakin Ia melangkah, bau amis darah itu semakin jelas tecium
olehnya. Bulu kuduknya mulai merinding. Sesaat kemudian langkahnya terhenti.
Ada sesuatu yang mencurigakan diatas rerumputan. Cairan warnah merah kental.
Rio mengerut kening lalu membungkuk kebawah mendekatkan wajah beberapa meter
diatas permukaan rumput. Dilepaskanya tangan kiri yang sejak tadi Ia gunakan
untuk menutup hidung kemudian menjulurkan jari telunjuknya mengenahi benda itu.
Seketika kemudian Ia kembali berdiri tegap memperhatikkan dan mencium cairan
dijari telunjuknya. Rio terkejut. Wajahnya pucat pasih. Tubuhnya gementar.
Menyusul kemudian tenggorokannya mulai gatal dan geli. Perutnya terasa mual. Ia
akhirnya muuntah. Rupanya cairan itu adalah darah segar bercampur sedikit daging
mentah. Yang membuat Rio ketakutan adalah, ada beberapa helai rambut yang
tersangkut diantara daging dan darah itu. Rio curiga itu serpihan tubuh manusia
yang baru saja dibantai, entah oleh binatang buas atau pembunuhan yang
dilakukan orang jahat. Apalagi daging itu nampak seperti kulit kepala manusia.
Ketakutan dengan sendirinya, Rio lari
terbirit-birit tanpa arah yang pasti menerobos semak belukar diantara pepohonan
lebat dihutan itu.
Prakkkk…….
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara keras. Aku yang sedari tadi tegang menyaksikan
adegan film kanibal terhentak kaget lalu berteriak tak sadar mengumpat dan memaki.
Rupanya Iwan teman sekostku yang baru
pulang dari sholat maghrib di mushollah.
Nafasku sesak. Keringat halus keluar dari kening dan betisku. Kisah si
Rio yang tersesat ditengah hutan dalam film laga itu telah membuatku takut dan
tegang. Ditambanh oleh Iwan yang tiba-tiba datang membuka pintu kost tanpa
mengetuknya terlebih dahulu.
“Khuff….., Basittt…!!! Dasar ustadz cabul,
kalau masuk ketuk pintu donk…!!!” Teriakku tak sadar.
Iwan tak peduli. Ia malah mencandaiku sambil terbahak-bahak
menertawakan kekonyolanku. Tanpa menanggalkan peci dan sajadah yang
bergelantung dibahunya, iapun turut nimbrung menyaksikan film kanibal yang
tengah aku tonton dalam laptop tersebut. Kamipun melanjutkan menonton bersama menyaksikan
Rio yang terus berlari terbirit-birit dalam film itu. Suasana bertambah seru
dengan kehadiran Iwan. Penasaran dengan kisah awal film yang memang belum Ia
tonton, sesekali Iwan bertanya padaku. Akupun menceritakan sekedar tentang
kisah awal film yang mengisahkan tentang Rio seorang petualang dan photografer
yang tengah menelusuri hutan untuk memotret. Adegan filmnya juga semakin seru
dan menyeramkan. Ditengah pelariannya Rio menemukan sebuah rumah tua dalam
hutan. Hari sudah malam. Ia berhenti sejenak sambil menghatur nafasnya yang
sesak akibat berlari ketakutan. Sesaat kemudian Ia melangkah perlahan menuju
rumah itu. Matanya nampak liar menoleh ke kiri, kekanan, muka dan belakang.
Suasana sepih sekali. Didepan rumah tua itu hanya ada sebuah sepeda bekas, beberapa
potong kayu serta empat buah drum minyak tanah.
Setibanya didepan
pintu, Rio mengetuk pintu tersebut sambil memanggil-manggil pemilik rumah. Meski telah berulang-ulang memanggil, tak ada yang
menyahut. Capek memanggil, Riopun berusaha membuka pintunya. Didinding rumah
terlihat lampu pelita terbuat dari botol
kecil menerangi ruang tamu. Khawatir dengan kejahatan malam ditengah hutan,
tanpa ragu Riopun melangkah masuk kedalam rumah berharap menemukan pemilik rumah untuk meminta bantuan sekedar
numpang nginap dan berlindung sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Sambil
melangkah masuk kedalam rumah Rio terus memanggil ;
“Halloww…apa ada orang didalam….?, Hallow
permisi….!!!” Demikianlah
Rio memanggil berulang-ulang.
Tak ada sahutan. Hanya lampu pelita dan beberapa kursi kayu diruang
tamu. Rio terus melangkah masuk keruang dalam. Saat Ia memasuki ruang tengah
rumah, ada asap mengepul dari dalam. Rupanya asap itu berasal dari dapur rumah.
Rio berharap ada orang disana. Iapun terus melangkah masuk kedapur. Setibanya
didapur, nampak api menyala dan beberapa periuk besar pada sebuah tungku.
Sepertinya ada yang memasak sesuatu. Rio penasaran. Didekatinya tungku tersebut
kemudian membuka periuk itu. Uapnya mengepul. Air nampak mendidih. Isinya
berupa daging. Aromanya harum sedap sekali. Namun, seketika Rio menjerit akibat
tutupan periuk itu panas hingga membuat tangannya melepuh. Setelah menutup
periuk, Ia menoleh kerak piring. Disana ada baskom hitam besar. Rio
menggapainya. Alangkah terkejutnya hati Rio. Seketika kemudian wajahnya kembali
berubah pucat pasi. Dengan segera Ia melangkah berlari keluar rumah. Tak
disangka olehnya ternyata baskom itu berisi potongan tubuh manusia yang telah
dicincang seperti tangan, kaki, wajah, tubuh beserta bagian-bagian tubuh
lainnya. Rio terus berlari keluar sambil muntah-muntah. Ketakutanya semakin
bertambah parah. Makhluk apa yang tega dan biadap seperti ini ? tanyanya dalam
hati. Tak peduli dengan hutan lebat dan
pekatnya malam, Rio berlari terbirit-birit.
Bukan saja Rio dalam
film kanibal itu yang muntah-muntah dan ketakutan. Aku dan Iwan yang menonton
film itupun demikian. Melihat kisah keji dan menjijikan dalam film itu, kami
tak kuasa menahan rasa muak. Kami keluar dari dalam kost kemudian menuju kamar
mandi lalu berlomba-lomba memuntahka cairan putih dari dalam perut mulas kami.
“Allahhu Akbar…., Allaahu Akbar….!”
Ketika kami tengah muntah-muntah, tiba-tiba adzan Isya berkumandang, tandanya
sholat Isya akan dimulai. Iwan segera
keluar dari kamar mandi kemudian mengajakku ke masjid ;
“Rian…, ayo kita kemasjid, kebetulan usai
sholat Isya nanti ada ceramah agama oleh Ustad Jalal yang diundang oleh remaja
masjid”. Ajak Iwan sambil
meludahkan sisa kelenjar akibat muntah dari dalam mulutnya.
Mendengar nama ustad Jalal yang terkenal itu, tanpa berfikir panjang
akupun segera menyelesaikan muntahku dan berkumur-kumur membersihkan sisa
muntah dimulutku lalu keluar dari kamar mandi, kemudian bergegas ke masjid.
Usai sholat Isya, para jama, ah masjid nampak antusias dan tak satupun
yang beranjak dari tempat duduk mereka. Demikian halnya aku dan Iwan. Sedang
shaf paling depan terlihat ustadz Jalal
yang baru saja menjadi imam sholat. Setelah memimpin do, a, beliaupun langsung
membawakan ceramah agama.
Ustadz jalal mengawali ceramah agamanya dengan muqqadimah yang faseh
dan menggugah jiwa. Di kota itu, ustadz jalal sangat tenar namanya. Ceramah
ustadz jalal selain syarat dengan pesan yang menggugah, juga unik dan
menghibur.
Ada kisah aneh yang membuat hampir seluruh jama, ah terkesima dan
merasa aneh. Tingkahku dengan Iwan mengundang perhatian para jama, ah termasuk
ustadz jalal. Hal ini terjadi saat ceramah tengah berlangsung. Ketika jama, ah
tengah serius menyimak ceramah ustadz Jalal, aku dan Iwan malah lari keluar
dari masjid. Tingkah kami sontak membuat para jama, ah lainnya kaget. Semua
mata tertuju ke kami. Sebagian jama, ah ada yang marah karena menganggap kami
berbuat ulah. Betapa tidak, ceramah ustadz
Jalal membuat perut kami mual dan merasa jijik. Mendengar ceramah itu kami
ingin muntah. Itulah sebabnya kami berlari keluar. Setibanya diluar, kami
langsung menuju ke tempat wuduh lalu muntah-muntah.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ceramah ustadz Jalal tersebut.
Isi ceramahnya juga menarik dan penuh hikmah. Namun, kamilah yang salah
menerjemahkan isi ceramahnya. Ceramah ustadz jalal mengingatkan kami pada Film
kanibal yang baru saja kami nonton. Judul ceramah ustadz jalal adalah tentang
bahaya fitnah. Awalnya ceramah itu sangat menarik didengar sebab penyampaian
Ustadz Jalal unik. Namun, ketika Ustad jalal mengungkapkan bahwa orang yang
menfitnah orang lain sama halnya memakan bangkai sesame manusia, dilengkapi
dengan dalilnya. Inilah yang mengundang kembali rasa jijik kami. Maklum baru
saja menonton film kanibal. Padahal Pak ustadz
tidak menyinggung kanibal. Dalil itu bunyinya begini :
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S.Al-Hujuraat : 12 )
Kisah si Rio dalam film laga kanibal yang menjijikkan dan ceramah
ustadz Jalal yang mengingatkan kami pada kisah difilm itu sehingga kami kembali
muntah-muntah, turut berlanjut dikost kami. Hikmah menonton Film kanibal dan
mengikuti ceramah ustadz jalal itu menjalar kehal-hal lain dalam keseharian
kami. Bahkan kami berani menjadikan alasan tentang kisah dalam film itu dengan
dalil dari ceramah ustadz Jalal untuk mengatakan teman-teman wanita kami
kanibal. Yah, kanibal. Terutama
kepada wanita-wanita asal Bima yang kostnya berdampingan dengan kos-kosan kami.
Hampir setiap hari kami mendengar mereka saling memfitnah antara satu dengan
yang lainnya. Menceritakan keburukan orang lain. Bagi wanita-wanita Bima itu,
tiada hari tanpa fitnah(gosip). Mereka sangat senang berburuk sangka dan
menggunjing. Jika dalil mengatakan demikian, salahkah kami mengatakan para
wanita Bima yang tukang fitnah itu sebagai kanibal ? Wallahualam….
___Kamar
kost, 26 agustus 2014
Dedicate
to :
o
Para
wanita penikmat gossip…
o
Juga
untuk tukang fitnah selain wanita…
***** Cerita diatas hanya ilusi. Mohon maaf jika ada yang merasa.