Selasa, 26 Agustus 2014

WANITA BIMA ITU KANIBAL ?


Oleh : Alif BABUJU
 
Bau amis darah segar menyumbat pernapasan Rio saat melewati sungai kecil ditengah hutan. Sambil menutup hidung dan mulut menggunakan tangan kirinya, Ia terus melangkah dengan hati-hati. Sedang tangan kanannya  memegang kamera dalam keadaan siaga memotret. Matanya dibuka lebar  sembari berulang kali menoleh kekiri dan kekanan. Sesekali Ia menundukkan pandangan kebawah memperhatikan jalan tempat Ia pijakkan kakinya. Beberapa bagian semak belukar disekitar sungai itu nampak basah seperti baru saja dilewati oleh seseorang yang basah kuyub. Suasana sepih mencekam. Hanya gemericik air sungai yang seketika hilang setelah dilalui. Dari kejauhan terdengar suara musang bernyanyi menyambut malam. Hari memang sudah mulai gelap. Tinggal beberapa menit lagi malam akan tiba. Semakin Ia melangkah, bau amis darah itu semakin jelas tecium olehnya. Bulu kuduknya mulai merinding. Sesaat kemudian langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang mencurigakan diatas rerumputan. Cairan warnah merah kental. Rio mengerut kening lalu membungkuk kebawah mendekatkan wajah beberapa meter diatas permukaan rumput. Dilepaskanya tangan kiri yang sejak tadi Ia gunakan untuk menutup hidung kemudian menjulurkan jari telunjuknya mengenahi benda itu. Seketika kemudian Ia kembali berdiri tegap memperhatikkan dan mencium cairan dijari telunjuknya. Rio terkejut. Wajahnya pucat pasih. Tubuhnya gementar. Menyusul kemudian tenggorokannya mulai gatal dan geli. Perutnya terasa mual. Ia akhirnya muuntah. Rupanya cairan itu adalah darah segar bercampur sedikit daging mentah. Yang membuat Rio ketakutan adalah, ada beberapa helai rambut yang tersangkut diantara daging dan darah itu. Rio curiga itu serpihan tubuh manusia yang baru saja dibantai, entah oleh binatang buas atau pembunuhan yang dilakukan orang jahat. Apalagi daging itu nampak seperti kulit kepala manusia. Ketakutan  dengan sendirinya, Rio lari terbirit-birit tanpa arah yang pasti menerobos semak belukar diantara pepohonan lebat dihutan itu.                                                                                                                                                
Prakkkk…….

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara keras.  Aku yang sedari tadi tegang menyaksikan adegan film kanibal terhentak kaget lalu berteriak tak sadar mengumpat dan memaki. Rupanya  Iwan teman sekostku yang baru pulang dari sholat maghrib di mushollah.  Nafasku sesak. Keringat halus keluar dari kening dan betisku. Kisah si Rio yang tersesat ditengah hutan dalam film laga itu telah membuatku takut dan tegang. Ditambanh oleh Iwan yang tiba-tiba datang membuka pintu kost tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

“Khuff….., Basittt…!!! Dasar ustadz cabul, kalau masuk ketuk pintu donk!!!” Teriakku tak sadar.
Iwan tak peduli. Ia malah mencandaiku sambil terbahak-bahak menertawakan kekonyolanku. Tanpa menanggalkan peci dan sajadah yang bergelantung dibahunya, iapun turut nimbrung menyaksikan film kanibal yang tengah aku tonton dalam laptop tersebut. Kamipun melanjutkan menonton bersama menyaksikan Rio yang terus berlari terbirit-birit dalam film itu. Suasana bertambah seru dengan kehadiran Iwan. Penasaran dengan kisah awal film yang memang belum Ia tonton, sesekali Iwan bertanya padaku. Akupun menceritakan sekedar tentang kisah awal film yang mengisahkan tentang Rio seorang petualang dan photografer yang tengah menelusuri hutan untuk memotret. Adegan filmnya juga semakin seru dan menyeramkan. Ditengah pelariannya Rio menemukan sebuah rumah tua dalam hutan. Hari sudah malam. Ia berhenti sejenak sambil menghatur nafasnya yang sesak akibat berlari ketakutan. Sesaat kemudian Ia melangkah perlahan menuju rumah itu. Matanya nampak liar menoleh ke kiri, kekanan, muka dan belakang. Suasana sepih sekali. Didepan rumah tua itu hanya ada sebuah sepeda bekas, beberapa potong kayu serta empat buah drum minyak tanah.
            
 Setibanya didepan pintu, Rio mengetuk pintu tersebut sambil memanggil-manggil pemilik rumah. Meski telah berulang-ulang memanggil, tak ada yang menyahut. Capek memanggil, Riopun berusaha membuka pintunya. Didinding rumah terlihat lampu pelita  terbuat dari botol kecil menerangi ruang tamu. Khawatir dengan kejahatan malam ditengah hutan, tanpa ragu Riopun melangkah masuk kedalam rumah berharap menemukan  pemilik rumah untuk meminta bantuan sekedar numpang nginap dan berlindung sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Sambil melangkah masuk kedalam rumah Rio terus memanggil ;
 
“Halloww…apa ada orang didalam….?, Hallow permisi….!!!” Demikianlah Rio memanggil berulang-ulang.

Tak ada sahutan. Hanya lampu pelita dan beberapa kursi kayu diruang tamu. Rio terus melangkah masuk keruang dalam. Saat Ia memasuki ruang tengah rumah, ada asap mengepul dari dalam. Rupanya asap itu berasal dari dapur rumah. Rio berharap ada orang disana. Iapun terus melangkah masuk kedapur. Setibanya didapur, nampak api menyala dan beberapa periuk besar pada sebuah tungku. Sepertinya ada yang memasak sesuatu. Rio penasaran. Didekatinya tungku tersebut kemudian membuka periuk itu. Uapnya mengepul. Air nampak mendidih. Isinya berupa daging. Aromanya harum sedap sekali. Namun, seketika Rio menjerit akibat tutupan periuk itu panas hingga membuat tangannya melepuh. Setelah menutup periuk, Ia menoleh kerak piring. Disana ada baskom hitam besar. Rio menggapainya. Alangkah terkejutnya hati Rio. Seketika kemudian wajahnya kembali berubah pucat pasi. Dengan segera Ia melangkah berlari keluar rumah. Tak disangka olehnya ternyata baskom itu berisi potongan tubuh manusia yang telah dicincang seperti tangan, kaki, wajah, tubuh beserta bagian-bagian tubuh lainnya. Rio terus berlari keluar sambil muntah-muntah. Ketakutanya semakin bertambah parah. Makhluk apa yang tega dan biadap seperti ini ? tanyanya dalam hati.  Tak peduli dengan hutan lebat dan pekatnya  malam, Rio berlari terbirit-birit.
             
Bukan saja Rio dalam film kanibal itu yang muntah-muntah dan ketakutan. Aku dan Iwan yang menonton film itupun demikian. Melihat kisah keji dan menjijikan dalam film itu, kami tak kuasa menahan rasa muak. Kami keluar dari dalam kost kemudian menuju kamar mandi lalu berlomba-lomba memuntahka cairan putih dari dalam perut mulas kami.

“Allahhu Akbar…., Allaahu Akbar….!”

Ketika kami tengah muntah-muntah, tiba-tiba adzan Isya berkumandang, tandanya sholat  Isya akan dimulai. Iwan segera keluar dari kamar mandi kemudian mengajakku ke masjid ;
“Rian…, ayo kita kemasjid, kebetulan usai sholat Isya nanti ada ceramah agama oleh Ustad Jalal yang diundang oleh remaja masjid”. Ajak Iwan sambil meludahkan sisa kelenjar akibat muntah dari dalam mulutnya.

Mendengar nama ustad Jalal yang terkenal itu, tanpa berfikir panjang akupun segera menyelesaikan muntahku dan berkumur-kumur membersihkan sisa muntah dimulutku lalu keluar dari kamar mandi, kemudian bergegas ke masjid.

Usai sholat Isya, para jama, ah masjid nampak antusias dan tak satupun yang beranjak dari tempat duduk mereka. Demikian halnya aku dan Iwan. Sedang shaf paling depan terlihat  ustadz Jalal yang baru saja menjadi imam sholat. Setelah memimpin do, a, beliaupun langsung membawakan ceramah agama.
Ustadz jalal mengawali ceramah agamanya dengan muqqadimah yang faseh dan menggugah jiwa. Di kota itu, ustadz jalal sangat tenar namanya. Ceramah ustadz jalal selain syarat dengan pesan yang menggugah, juga unik dan menghibur.

Ada kisah aneh yang membuat hampir seluruh jama, ah terkesima dan merasa aneh. Tingkahku dengan Iwan mengundang perhatian para jama, ah termasuk ustadz jalal. Hal ini terjadi saat ceramah tengah berlangsung. Ketika jama, ah tengah serius menyimak ceramah ustadz Jalal, aku dan Iwan malah lari keluar dari masjid. Tingkah kami sontak membuat para jama, ah lainnya kaget. Semua mata tertuju ke kami. Sebagian jama, ah ada yang marah karena menganggap kami berbuat ulah.  Betapa tidak, ceramah ustadz Jalal membuat perut kami mual dan merasa jijik. Mendengar ceramah itu kami ingin muntah. Itulah sebabnya kami berlari keluar. Setibanya diluar, kami langsung menuju ke tempat wuduh lalu muntah-muntah.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ceramah ustadz Jalal tersebut. Isi ceramahnya juga menarik dan penuh hikmah. Namun, kamilah yang salah menerjemahkan isi ceramahnya. Ceramah ustadz jalal mengingatkan kami pada Film kanibal yang baru saja kami nonton. Judul ceramah ustadz jalal adalah tentang bahaya fitnah. Awalnya ceramah itu sangat menarik didengar sebab penyampaian Ustadz Jalal unik. Namun, ketika Ustad jalal mengungkapkan bahwa orang yang menfitnah orang lain sama halnya memakan bangkai sesame manusia, dilengkapi dengan dalilnya. Inilah yang mengundang kembali rasa jijik kami. Maklum baru saja menonton film kanibal. Padahal Pak ustadz  tidak menyinggung kanibal. Dalil itu bunyinya begini :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S.Al-Hujuraat : 12

Kisah si Rio dalam film laga kanibal yang menjijikkan dan ceramah ustadz Jalal yang mengingatkan kami pada kisah difilm itu sehingga kami kembali muntah-muntah, turut berlanjut dikost kami. Hikmah menonton Film kanibal dan mengikuti ceramah ustadz jalal itu menjalar kehal-hal lain dalam keseharian kami. Bahkan kami berani menjadikan alasan tentang kisah dalam film itu dengan dalil dari ceramah ustadz Jalal untuk mengatakan teman-teman wanita kami kanibal. Yah, kanibal. Terutama kepada wanita-wanita asal Bima yang kostnya berdampingan dengan kos-kosan kami. Hampir setiap hari kami mendengar mereka saling memfitnah antara satu dengan yang lainnya. Menceritakan keburukan orang lain. Bagi wanita-wanita Bima itu, tiada hari tanpa fitnah(gosip). Mereka sangat senang berburuk sangka dan menggunjing. Jika dalil mengatakan demikian, salahkah kami mengatakan para wanita Bima yang tukang fitnah itu sebagai kanibal ? Wallahualam….


___Kamar kost,  26 agustus 2014


Dedicate to :

o   Para wanita penikmat gossip…

o   Juga untuk tukang fitnah selain wanita…


***** Cerita diatas hanya ilusi. Mohon maaf jika ada yang merasa.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran konstruktif Pembaca sangat Kami harapkan