Senin, 05 Januari 2015

Menyongsong KEGAGALAN Peringatan “Dua Abad Tambora Menyapa Dunia” 2015 (Bag III - Selesai)

 Oleh : Rangga Babuju


Setelah tuntas menulis Bagian I dan II tentang Menyongsong Kegagalan Peringatan “Dua Abad Tambora Menyapa Dunia” 2015, kini sebagai bagian akhir saya mencoba menelisik hal apa saja yang (mungkin) bisa menjadi masukan bagi kita semua, baik Pemerintah itu sendiri maupun kita sebagai Masyarakat Dana Mbojo (Bima dan Dompu). Pada bagian I, saya sudah mengupas sejarah letusan Tambora, dampaknya serta kedahsyatannya. Sedangkan pada Bagian II, saya mencoba mengupas lemahnya semangat pemerintah daerah dalam menyongsong Dua Abad Tambora ini.
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Dua Abad Tambora atau dikenal TAMADUN (Tambora Menyapa Dunia) yang dicetus oleh Mantan Wakil Gubernur NTB sebelum ini, Ir. H. Badrul Munir, MM. Kemudian dikenal dengan singkatan TMD (Tambora Menyapa Dunia) baru-baru ini. Cetusan BM (Badrul Munir) ini pada tahun 2012 hingga 2013 yang lalu merupakan sesuatu yang membahana. Disampaikan dimana-mana, disemangati kemana-mana.

Belakangan, Semangat dan Sosialisasinya seakan semakin lemah dengan adanya berbagai kebijakan pusat serta tergantinya beberapa Kepala Satuan Kerja baik ditingkat Propinsi hingga Kabupaten dan Kota. Hal inilah yang membuat TAMADUN ini semakin kehilangan arah atau kerap dikatakan oleh Pencetusnya sebagai Event TAMADUN yang salah kaprah. Ada semacam kerancuan tujuan dalam pelaksanaannya, yang seharusnya sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2013 yang lalu sebagai sebuah rangkaian panjang dan puncaknya dilangsungkan pada 11 April 2015 sebagai titik puncak Peringatan ini. lihat saja Baligho yang ada diperbatasan Kota Bima dan Kab Bima ini, Tepatnya didepan Kediaman Bupati Bima di Niu. Letaknya aja rata dengan tanah, Apa pendapat anda…?

“Akibat politik, kita melupakan Potensi”, kalimat inilah yang menurut saya menjadi salah satu pemicu ‘salah kaprahnya’ pelaksanaan Tambora menyapa Dunia saat ini. Bagaimana tidak, ketika TAMADUN digaung-gaungkan pada akhir tahun 2013 yang lalu, beberapa Pilkada (pemilihan Kepala daerah) menghadang beberapa Kabupaten di NTB termasuk Kota Bima dan Pilkada Propinsi NTB. TAMADUN saat itu, menjadi ‘jualan’ tersendiri, jika kita mau mengamati dengan baik. Sehingga, nuansa politis menjadi lebih dominan ketika kita bicara tentang TAMADUN.

Masuk tahun 2014, Pilcaleg (Pemilihan Calon Legislatif) menjelang. TAMADUN pun mulai redup sedikit demi sedikit. Kini ditahun 2015, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima sebagai Pusat wilayah kegiatan TAMADUN akan menghadapi Pilkada langsung yang direncanakan pada September yang akan datang. Sehingga kita tak serius menyongsong TAMADUN ini dengan Ikhlas dan semangat membangun yang lebih baik. ‘aroma-aroma’ pencitraan politik menjelang September 2015 ini mulai terasa saat ini, lebih-lebih nanti pada puncak kegiatan. Semestinya, hal ini picik untuk dikedepankan dalam mendorong kesuksesan TAMADUN itu sendiri. Namun, apa boleh dikata, TAMADUN adalah Program Pemerintah Propinsi dan daerah, sehingga apapun itu, Birokratlah yang ‘berhajat’ akhirnya.

Namun, sebagai  warga Dana Mbojo yang tentu akan ikut menanggung malu sebagai akibat kegagalan yang lebih parah tidak harus berdiam diri dan berpangku tangan. Banyak gagasan dan ide bila ingin ikut berkontribusi sekaligus mendapatkan manfaat dari Moment Dua Abad Tambora ini. selain kita bisa ikut terlibat aktif dalam kegiatannya, kita juga membantu warga luar daerah yang berminat ikut dalam kegiatan puncak Dua Tambora. Saya mengajak sekaligus menghimbau Pemerintah yang bijak (konon katanya), bila ingin kegiatan ini sukses, gandenglah berbagai komponen masyarakat yang memang memiliki kemampuan meng-handel kegiatan atau bisa dikatakan berpengalaman membuat kegiatan (EO – Event Organizer).

Pemerintah harus terbuka dalam menyelenggarakan kegiatan ini, pemerintah mesti jujur bahwa ada keinginan yang besar untuk kesuksesan kegiatan, namun SDM (Sumber Daya Manusia) dan Sumber Daya Anggaran minim. Tentu jika pemerintah mau terbuka dan jujur, masayrakat akan sangat berbesar hati ikut membantu beban yang berat dipikul (konon) oleh pemerintah dalam penyelenggaraan event dengan skala Internasional ini.

Salah satu cara adalah, Ajak kelompok masyarakat yang dimaksud diatas untuk menawarkan Berbagai ‘Paket’ kepada para Tamu atau warga di Luar NTB dan diluar Negeri yang berminat ke Tambora. Pasang Tarif 1-2 juta rupiah dengan berbagai Fasilitas yang bisa ditawarkan semacam Homestay, Souvenir, Konsumsi atau Logistik selama di Tambora, Transportasi Lokal, Transportasi Penjemputan dan lainnya. Dengan demikian, para tamu atau peminat Traveling yang ingin ke Tambora tidak akan kebingungan untuk menginap, mencari souvenir serta makan selama di Tambora. Dengan biaya yang disetor kepada Panitia yang menawarkan Paket, para Tamu sudah terjamin minimal setengah dari kebutuhan yang membuat mereka bingung. Dan tentang Paket ini, Komunitas BABUJU sedang mengadakannya dan mempromosikannya dengan peserta yang terbatas sesuai kemampuan BABUJU melayani.



Disamping itu, Pemerintah harus menjelaskan kepada warga masyarakat untuk menyiapkan Madu sebagai oleh-oleh untuk para Tamu, Pengunjung, maupun  pelancong. Sebab pada bulan pebuari hingga Mei, tidak ada pencari madu yang masuk ke hutan dikarenakan musim hujan dan licinnya medan yang akan ditempuh saat mengambil madu. Sehingga pada bulan April tersebut, tentu madu akan sulit ditemukan. Hal ini bisa menjadi tambahan penghasilan bagi Warga Masyarakat pencari madu atau penjual Madu. Namun, pastikan bahwa Madu yang disuguhkan atau ditawarkan adalah Asli. Seberapa pun harga, orang akan ambil bila itu ASLI. Dan seberapapun murahnya, jika madu itu Palsu atau 40-60 porsen kadar air, orang tidak akan pernah mau beli.

Hal lain yang bisa ditawarkan adalah Wisata Pulau Satonda dan Pulau Moyo, melihat jumlah kapal motor penyebrangan pulau yang ada di Desa Kananga dan Calabai Tambora, tidak sebanding dengan jumlah Pengunjung dan pelancong yang ingin ke dua pulau tersebut. Untuk itu, warga pemilik Perahu penyebrangan yang ada di Sampungu, Sai, Kiwu, Piong maupun di Kempo harus digandeng oleh Pemerintah guna memenuhi permintaan penyebrangan pulau. Sebab, selain Kaldera Tambora, banyak Traveling yang akan ke Tambora penasaran dengan Danau yang ada di Pulau Satonda dan Pulau Moyo yang konon menjadi lokasi Honeymoon Pangeran Charles Inggris tersebut. Jika itu bisa dilakukan oleh pemerintah, maka akan mendongkrak penghasilan para pemilik Perahu yang menggantungkan nafkah hidup dari perahunya.

Hal lain yang bisa didorong oleh pemerintah adalah para pekerja Industri Kecil Menengah (IKM) atau Industri rumahan yang bergerak pada panangan atau kue-kue khas. Pemerintah setidaknya bisa berdayakan mereka dengan menginformasikan atau memberikan pelatihan singkat tetang Tekhnik atau cara mengemas kue-kue yang layak untuk menjadi oleh-oleh para pengunjung. Atau pemerintah bisa mengadakan beberapa alat pengemasan kue atau jajanan dan disewakan kepada para IKM atau industry rumahan guna mengemas atau packaging produk yang mereka buat. Asas manfaat dan Pemberdayaan kelompok untuk lebih maju bisa didapatkan oleh Pemerintah maupun warga masyarakat yang memiliki IKM yang dimaksud. Atau pemerintah bisa saja menfasilitasi stand untuk IKM itu menggelar produk mereka yang layak sebagai oleh-oleh para pengunjung nanti.

Demikian pula dengan tenunan khas Mbojo, Kue-kue khas, masakan khas, maupun bila perlu permainan tradisional Dana Mbojo difasilitasi untuk pembuatannya dan di branding sebagai bagian dari permainan Rakkyat termasuk Permainan Rakyat dari tiga kerajaan yang hilang akibat tertimbun oleh letusan Tambora. Bila pemerintah berniat baik pada moment Dua Abad Tambora ini sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan Rakyatnya, sebagai Bagian ‘pintu masuk’ pengembangan kreatifitas, sebagai ‘jalan’ menuju pemberdayaan masyarakat, maka Pemerintah sudah sejak dua bulan lalu menyiapkannya dan jika memang berniat baik ‘membuang’ uang dari pajak rakyat untuk kembali kepada Rakyat, maka saatnya lah pemerintah membalas jasa dengan menfasilitas hal-hal yang dapat menjadi ‘magnet’ bagi pengunjung pada moment 3 bulan yang akan datang. Masih ada waktu, jika ingin berbuat baik untuk rakyat….!!!!

Sebagai akhir tulisan ini, saya hanya bisa menghimbau, bahwa pada moment inilah Warga Dana Mbojo membuktikan pada dunia dan seantero Nusantara, bahwa Warga Dana Mbojo adalah warga masyarakat yang sangat siap menghadapi Era ASEAN Community atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi (MEA) ASEAN. Dimana, tahun 2015, kompetisi menjadi ‘kata kunci’ untuk meraih Kesuksesan. Melalui Moment TAMADUN Pemerintah daerah Propinsi NTB maupun Pemerintah Kab Bima dan Dompu pada khususnya, mengambil Hikmah, bahwa untuk maju, berkembang serta maju itu, tidak bisa jalan sendiri. Mental kita cenderung ingin menjadi yang terdepan tapi tidak siap untuk berubah…..!!!!  Picik, Namanya…..!!
===========
Kota Bima, Menjelang Jenuh, 5 Januari 2015.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran konstruktif Pembaca sangat Kami harapkan