Oleh : Alif Babuju
Bangsa Indonesia melalui Majelis Permusyawaran Rakyat Republik
Indonesia(MPR RI) telah menobatkan Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad
Yusuf Kala sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia ke-7 pada
tanggal 20 Oktober 2014 lalu. Meski
telah dilantik, pasangan Jokowi-JK tidak langsung menjalankan roda pemerintahan,
karena masih disibukkan dengan penyusunan kabinet yang akan menjadi ahli bagi
Jokowi-JK dalam menakhodai bangsa ini lima tahun kedepan.
Ada hal baru dari presiden kita yang baru ini. Dimana dalam penyusunan Kabinetnya yang dikenal dengan kabinet Tri Sakti, ia melibatkan beberapa lembaga negara seperti, Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Menurut penulis, sikap Presiden Jokowi tersebut merupakan sikap kekuasaan yang bijaksana. Penyusunan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Namun, Jokowi tidak melakukan tindakan berdasarkan logika kekuasaan. Presiden Jokowi justru mengambil sikap yang tidak lazim dilakukan oleh presiden-presiden terdahulu. Langkah Jokowi ini telah menegasikan kekuasaan kemudian melibatkan KPK dan PPATK untuk membantunya melakukan filterisasi terhadap siapa saja yang akan masuk dalam susunan kabinet Tri Sakti.
Ada hal baru dari presiden kita yang baru ini. Dimana dalam penyusunan Kabinetnya yang dikenal dengan kabinet Tri Sakti, ia melibatkan beberapa lembaga negara seperti, Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Menurut penulis, sikap Presiden Jokowi tersebut merupakan sikap kekuasaan yang bijaksana. Penyusunan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Namun, Jokowi tidak melakukan tindakan berdasarkan logika kekuasaan. Presiden Jokowi justru mengambil sikap yang tidak lazim dilakukan oleh presiden-presiden terdahulu. Langkah Jokowi ini telah menegasikan kekuasaan kemudian melibatkan KPK dan PPATK untuk membantunya melakukan filterisasi terhadap siapa saja yang akan masuk dalam susunan kabinet Tri Sakti.
Keterlibatan KPK dan PPATK dalam hal ini merupakan
instrumen untuk menyaring para calon menteri sebagai upaya pembuktian
integritas. Orang-orang yang terjerat kasus korupsi yang diberi label “merah dan kuning” oleh KPK misalnya, dapat dipastikan tidak
akan masuk dalam susunan kabinet Jokowi-JK.
Sikap presiden Jokowi telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa
ini agar lebih mengutamakan integritas daripada kepentingan dalam menentukan
para pemimpin bangsa Indonesia kedepan. Langkah yang ditempuh presiden baru itu
tentunya mendapat respon publik. Lazimnya setiap pemimpin tentunya segala
bentuk kebijakan yang diambil akan menuai pro-kontra.
Mengamati laju perjalanan demokrasi
Indonesia baru-baru ini, banyak sekali melahirkan perubahan. Salah satu
perubahan yang juga turut memberikan pelajaran terhadap bangsa ini adalah
ketika dalam kontestasi Pemilu lalu, PDI Perjuangan mengusung Jokowi yang bukan
ketua umum partai sebagai calon presiden. Publik mulai berasumsi dengan dalih Jokowi
boneka Megawati. Sebab, lazimnya yang menjadi presiden selama
ini harus orang nomor satu pada partai politik tertentu. Dengan dilibatkannya
KPK dan PPATK oleh Jokowi dalam penyusunan kabinet tentunya ini bukan saja untuk mempertimbangkan
integritas para calon kabinet. Tetapi, semuanya juga akan terlibat untuk saling
menguji. Intgritas Jokowi juga akan diuji. Hal ini akan menjawab asumsi publik
tentang Jokowi Boneka Megawati. Anggapan bahwa Jokowi adalah titipan PDI
Perjuangan yang mudah disetir oleh Megawati akan terkikis. Integritas KPK dan
PPATK juga akan diuji sejauhmana mereka mampu memfilter dengan serius para
calon menteri dimaksud. Revolusi mentalitas birokrasi setidaknya dapat diwujudkan
melalui langkah tersebut. Ini merupakan ujian yang tentunya memiliki konsekuensi,
jika seandainya mereka yang lolos seleksi untuk mengisi kabinet Tri Sakti
terbukti memiliki kasus dikemudian hari.
Penulis sangat berkeyakinan ketika
orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi serta mampu dipertanggung
jawabkan dihadapkan rakyat menjadi pemimpin bangsa ini, akan terwujud
pemerintahan yang bersih. Konsep Jokowi membangun Indonesia yang lebih maju
dengan nada dasar “Revolusi Mental” akan benar-benar terwujud. Dan
melalui inilah Jokowi membuktikan bahwa kepemimpinannya terlepas dari kendali
partai. Wallahualam….!
@Kiblat _Kamar Kost, 25 Oktober 20014